Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Metode pembelajaran Bahasa Arab meliputi Metode Tradisonal dan Metode Modern. didalam artikel ini kami akan membahas beberapa pembelajaran bahasa arab, teknik pembelajarannya, karakteristiknya, keunggulan dan kelemahannya.
A. Al-Thariqoh Qawa'id Wa Al-Tarjamah (Metode Tata Bahasa dan terjemah)
Metode Qawa'id wal al-tarjamah yang dikenalkan pada abad 17 masehi merupakan metode pembelajaran bahasa-bahasa asing termaksud bahasa arab. tentunya diantara metode-metode yang berkembang saat ini terdapat beberapa perbedaan dan karateristik masing-masing antara satu metode dengan metode lainnya.
Nama lain dari Al-Thariqah qawa'id wal-tarjamah adalah Al-Thariqah Al-qadimah maupun Al-Tahriqah Al-taqlidiyah (metode tradisional). Metode ini merupakan metode tertua dalam pembelajaran bahasa asing. Mereka berpendapat bahwasanya metode ini berakar dari bahasa Ighrikiyah, latin dan yunani kuno. metode ini telah berkembang di Eropa, Asia dan di Amerika setelah masa kebangkitan.
Hal ini bisa dilihat dari peran metode pembelajaran itu sendiri, dari segi bahasa ibu yang digunakan oleh peserta didik, materi dasar bahan ajar, langkah-langkah yang dilakukan selama proses dan kegiatan pembelajaran, baik didalam kelas maupun diluar kelas, peran sentral Instruktur (guru maupun dosen), peran peserta didik, media pembelajaran yang digunakan, instrumen evaluasi untuk mengukur peserta didik baik sebelum maupun sesudahnya dan kebudayaan bahasa asing, dalam hal ini bahasa yang dijadikan objek pembelajaran.
Pengajaran tata bahasa dan terjamah telah berlangsung pada kegiatan pengajaran bahasa selama berabad-abad, tetapi kombinasi yang teratur antara kaidah-kaidah tata bahasa dengan terjemahan kedalam bahasa sasaran sebagai teknik praktek yang utama telah menjadi populer pada akhir abad ke-18. salah satu karya yang paling terkenal mengenai pengajaran tata bahasa seperti karya Meidinger yang berjudul Praktische Franzoische Grammatika (1783).
Metode terjemahan tata bahasa merupakan hasil karya pemikiran sarjana jerman, johann saidenstucker, Karl Plotz, H.S Ollendorff, dan johann Meidinger, dan di Amerika serikat sesungguhnya metode terjemahan tata bahasa ini pertama kali dikenalkan sebagai metode Prussia.
Menurut laporan yang dibuat oleh Agard dan Dankel, metode ini disebut metode lama karna dalam metode ini sama sekali tidak ada kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada kemahiran maupun keterampilan bahasa secara lisan. karena metode ini metode lama, banyak orang yang merasa belum puas. Hal ini benar, jika tujuan murid mempelajarin bahasa ialah memilki kemahiran menggunakan bahasa lisan. Tetapi jika tujuannya adalah menekankan murid agar memiliki kemahiran membaca secara efektif dalam memahami isinya maka metode inilah yang tepat.
Tujuan dari metode ini sesuai dengan namanya, yaitu : menjaga tata bahasa dan menguasainya serta menitikberatkan pada penulisan dan terjemahan dari bahasa peserta didik kedalam bahasa sasaran (bahasa asing).
Metode ini merupakan kombinasi antara 2 metode gramatikal dan metode terjemah. Objek kajiannya adalah manganalisa logika bahasa. yang dimaksud disini adalah bagaimana suatu bahasa dapat dipahami dengan logika penutup bahasa, tata bahasa dan penguasaan kaidah-kaidah dalam menerjemahkan dan praktiknya.
Metode pembelajaran ini juga memotivasi peserta didik untuk menghafal penggalan-penggalan kalimat dari bahasa asing kemudian diterjemahkan kedalam bahasa peserta didik khususnya berupa teks-teks Khithabah (ceramah). amtsal (Pribahasa), Kumpulan kata-kata hikmah dan kata-kata bijak, penggalan-penggalan syair-syair (Puisi-Puisi) yang memiliki nilai sastra tinggi dan pesan moral bagi pembaca dan pendengar.
1. Landasan Metode Qawa'id Wa al-Tarjamah
- Meyakini bahwa bahasa merupakan kumpulan dari kata-kata dan sebagai pengikatnya tentu harus disertai dengan qawaid al-lughawiyah (kaidah-kaidah tata bahasa baik segi nahwu maupun sharaf) karena keduanya dilambangkan seperti ibu dan bapak yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Hal ini harus tercapai dengan harapan mampu menjaga bentuk kata-kata yang terdapat dalam bahasa Arab,
- Bahwa dari setiap keragaman bahasa mengajak kepada kepemahaman-pemahaman yang berbeda. Tentunya hal ini Menyebabkan perbedaan diantara satu bahasa dengan bahasa lain. bentuk-bentuk perbedaan itu diantaranya adalah terletak ada huruf (font), ashwat (suara) dan dalalah (arti kalimat) dalam menginterpretasikannya,
- Ada suatu ungkapan yang mengatakan bahwa kaidah nahwu (sintak) adalah bersifat universal dan ini berlaku bagi semua bahasa, karena nahw itu sendiri menjadi bagian kalam, pembagian kalimat, pembagian fi'il (kata kerja) dan isim (kata benda), huruf-huruf jenis dan jumlahnya. pendapat ini muncul pada abad ke 17 masehi yang pada saat itu bertambah perhatian terhadap metode qawaid wal al-tarjamah,
- Dijadikan sebagai kegiatan pembelajaran yang berlangsung didalam kelas, seperti menjadikan ilmu nahw dan sharf dalam kegiatan pembelajaran, membaca teks-teks bacaan yang bernilai sastra, melakukan penerjemahan, berlatih menulis dan menghafalkan perbendaharaan mufradat (kosakata) bilingual (Arab-Indonesia/Indonesia-Arab). Hal ini menjadikan tenaga pengajar tidak merasa kesulitan dalam menyampaikan materi bahan ajar,
- Metode ini tidak lepas dari landasan-landasan dasar seperti : kebahassaan, kejiwaan, dan sosial,
- Metode ini berdasarkan pada maharah al-kitabah (keterampilan menulis), maharah al-qira,ah (keterampilan Membaca) dan mengesampingkan Maharah Al-kalam (keterampilan berbicara) dan maharah al-istima' (keterampilan mendengar).
- Pembelajaran qawaid (tata bahasa) yang dikembangkan dalam metode ini menggunakan pendekatan istiqrai bukan menggunakan pendekatan istintaji,
- Contoh-contoh yang digunakan dalam qawaid nahwiyah tidak dibuat dari bahasa asal akan tetapi dibuat oleh tenaga pengajar dengan kreatifitasnya sendiri, contoh-contoh yang disajikan pun terkait dengan aktivitas keseharian yang dilakukan peserta didik dan tidak terikat dengan kebudayaan bahasa tertentu (Bahasa Arab),
- Tujuan terpenting dari aplikasi metode ini adalah tenaga pengajar dituntut untuk menyiapkan teks-teks bacaan berkualitas, tata bahasa mendalam dan pembendaharaan kosakata yang beraneka ragam. Hal ini sangat diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk menguasai teks bacaan dan mampu berinovasi serta mengekspresikan secara lepas,
- Tidak mengkaji unsur kebahasaan, seperti : ilmu ashwat (Fonologi) baik dari segi an-nabr (intonasi) maupun cara melafatkan suara yang hendak dihasilkan,
- Penyajian kosakata terpisah dari teks-teks bacaan yang disediakan.
2. Karakteristik Metode Qawaid Wa Al-Tarjamah
- Telah sempurna maupun matang bagi peserta didik dalam mempelajari bahasa ibu (bahasa Indonesia),
- Menggunakan bahasa ibu peserta didik sebagai bahasa pengantar dalam proses kegiatan belajar bahasa,
- Hanya fokus dalam dua keterampilan berbahasa yaitu maharah al-qira'ah dan maharah al-kitabah sehingga mengesampingkan maharah al-istima' dan kalam. Hal ini bertujuan agar peserta didik menguasai langsung sumber-sumber bahasa arab yang tertulis dalam teks-teks bacaan, baik berupa sastra maupun kajian keislaman,
- Penyampaian kosa kata dengan menggunakan pola dwibahasa yaitu dari bahasa ibu kedalam bahasa sasaran,
- Banyak menekankan kepada hafalan perbendaharaan kosakata dengan menggunakan kalimat-kalimat, bentuk kata ganti dalam bahasa Arab, perubahan-perubahan yang terjadi dalam kata kerja fiil), aturan-aturan tata bahasa dan memperhatikan ejaan bacaan dan tulis-menulis,
- Kosakata, kalimat dan struktuk disajikan berdasarkan keperluan untuk menjelaskan kaidah tata bahasa,
- Peran instrutur maupun guru adalah aktif sebagai penyajian bahan ajar dan peran peserta didik adalah pasif sebagai penerima materi,
- Menghafalkan Kaidah-kaidah tata-bahasa, penerjemahan kata-kata, penerjemahan bacaan-bacaan pendek baik berupa karya sastra atau pengetahuan tentang keagamaan,
- Tata bahasa diajarkan secara deduktif, yaitu dimulai dengan penyajian kaidah diikuti dengan contoh-contoh dan memberikan penjelasan-penjelasan yang panjang dan detail pada qowaid al-lughowiyah (tata bahasa),
- Tujuan dari pembelajaran bahasa-bahasa asing dalam metode ini adalah menguasai teks-teks bacaan sastra yang menyenangkan. Hal ini dimulai dari awal pertama kali belajar dan mengenal bahasa asing (bahasa Arab). dengan demi kian, membaca merupakan hal yang paling penting,
- Tidak memberikan ruang yang cukup dalam penguasaan dan menganalisa isi yang terkandung dalam teks bacaaan,
- Latihan yang diberikan dalam metode ini hanya berupa latihan penerjemahan dari bahasa yang dijakikan objek secara kedalam bahasa peserta didik seperti bahasa arab kedalam bahasa indonesia ataupun sebaliknya,
- Tidak memberikan ruang maharah al-kalam (keterampilan berbicara) dalam bentuk yang banyak kecuali sesekali saja,
- Secara teori bahasa, metode ini mengandung pakar bahasa arab yaitu ferdinand De sausure dengan buah karyanya yaitu teori strukturalis. Teori ini menjadikan ilmu nahw dan sharf sebagai hasil karya filsafat dan ilmu mantiq (logika). tentunya hal ini jauh nilai-nilai 'athifiyah (behaviorisme),
- Secara teori pembelajaran, metode ini hanya menitikbertkan pada kemampuan intelijensi dan kecerdasan bagi peserta didik ataupun latihan-latihan global. Di antaranya khusus pada kemampuan kekuatan dalam menghafal, mengingat, dan menyelesaikan sebuah masalah,
- Memiliki buku panduan khusus dalam proses kegiatan pembalajaran bahasa asing disertai dengan pengetahuan yang lias berupa kemahiran didalam tata bahasa.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mahmud ismail soleh terkait karakteristik metode qawaid wal al-tarjamah adalah sebagai berikut :
- Bahasa adalah dinamis, tidak pasif atau stastis,
- Pembelajaran tata bahasa masuk dalam cabang ilmu filsafat dan manthiq (logika),
- Pengesampingkan maharah al-kalam (keterampilan berbicara). Hal ini merupakan ciri dari metode pembelajaran bahasa-bahasa asing pada saat ini,
- Kombinasi antara keterampilan berbicara dengan tata bahasa dan penjelasannya, menyatukan antara keterampilan bahasa dan penggunaannya dan menyatukan antara terjemah Harfiyah (tekstual) dan keterampilan bahasa.
3. Keunggulan dan kelemahan metode qowaid wal al-tarjamah
A. keunggulan diantaranya :
- Tidak membebani dan memberatkan instruktur dalam pelaksaannya. khusus bagi para tenaga pengajar yang tidak mempunya kompetensi dalam maharah al-kalam maupun kefasihan, mempunyai peluang besar mengajarkan metode ini,
- Insrtuktur tidak harus mampu menguasai bahasa yang diajarkan tersebut sepanjang ia hafal tentang kaidah-kaidah tata bahasa nya,
- Mudah dalam pelaksaannya serta tidak memerlukan tenaga dan waktu terlalu banyak, juga ekonimis,
- Tidak mengharuskan instruktur secara khusus memilki basic pendidikan bahasa ataupun pendidikan
- Sangat sesuai untuk jumlah peserta didik dengan jumlah yang banyak,
- Evaluasi yang digunakan dalam metode ini tidak memberatkan namun menjadikan tenaga pengajar kesulitan dalam membuat instrument evaluasi,
- Maharah bahasa yang dihasilkan dari metode ini berupa keterampilan membaca teks-teks bacaan, keterampilan menulis dan menerjemahkan, memilki perbendaharaan kosakata yang banyak baik dalam bentuk jumlah (susunan kata) maupun kalimat. Hal inilah yang membedakan dengan metode lain nya.
B. Kelemahan diantaranya :
- Tidak memperhatikan keterampilan dasar dalam berbahasa yaitu maharah al-kalam dan maharah al-istima',
- Terbatasnya kegiatan belajar bahasa asing karena guru yang aktif dikelas,
- Hanya fokus pada terjemahan yang sefatnya sebagai pengganti media pembelajaran,
- Dalam metode ini hanya menekankan pada pembelajaran terkait bahasa bukan materi bahasa,
- Tidak sesuai bagi lansia ataupun duta aksara,
- Banyak keterampilan bahasa disajikan terpisah dan tidak intergral,
- Metode ini monoton bagi peserta didik,
- Instrumen Evaluasi yang digunakan terbatas dan sederhana.
4. Teknik Metode Qawaid wa al-tarjamah
- Dalam metode ini, bahasa disajikan dalam bentuk bab-bab atau pelajaran-pelajaran ketata bahasaan ringkas yang masing-masing memuat beberapa poin ataupun kaidah tata bahasa secara sistematis kemudian dipraktekkan dengan contoh-contoh,
- Ketetapan bahasa (Nahw dan sharf) dijadikan sebagai objek pokus dalam metode ini,sehingga harus diajarkan,
- Tidak ada teori-teori khusus dalam penyajian mufrodat (kosakata) ataupun maharah al-lughawiyah (Keterampilan bahasa),
- Al-tadribat (latihan-latihan) terdiri dari kata-kata (al-kalimah), ferase-ferase, kalimat-kalimat (jumlah) baik kata benda (ismiah) maupun kata kerja (fi'liyah) yang diterjemahkan oleh peserta didik dari bahasa indonesia ke bahasa arab ataupun sebaliknya dengan bantuan perbendaharaan kosakata dwibahasa (Arab-indonesia) ataupun 3 bahasa (Arab-indonesia-inggris),
5. Media Pembelajaran Metode Qawaid wa al-tarjamah
- Berupa teks-teks bacaan baik berupa susunan kalimat, penggalan puisi, pribahasa dan cerita-cerita pendek,
- Teks-teks Kontemporer bagi pengajaran bahasa-bahasa asing (bahasa arab) pada tingkat perguruan tinggi harus tetap memperhatikan kemampuan peserta didik dan latar belakang pendidikan sebelumnya,
- Latihan membaca teks-teks bacaan sastra metode ini diaplikasikan dengan cara guru membaca dan peserta didik mendengarkan, guru membaca kemudian peserta didik mengulanginya, ataupun guru memerintahkan peserta didik untuk membaca dalam hati (shamitah) dengan menyediakan beberapa waktu untuk memahaminya.
Tidak diragukan lagi bahwa hal yang sulit dialami oleh instruktur bahasa asing termaksud bahasa arab dalam cara menyampaikan beberapa kosakata baru dan menjelaskannya di depan peserta didik. oleh karna itu perlu adanya cara atau teknik dalam menyampaikan kosakata yang tepat, Efektif dan efesien, diantaranya adalah :
- Menggunakan isyarat ataupun tanda yang dimaksud secara langsung.
- 'Menggunakan bantuan gambar. dengan cara Mendefenisikan kosakata yang hendak disampaikan, mengemukakan antonim (lawan kata), al-siyaq (konstekstual), silmu al-dalali (tingkatan makna), contoh-contoh al-tamtsil (perumpamaan), sinonim (persamaan kata), Al-isytiqoq (derivasi), Al-tasalsul (menggunakan rangkaian-rangkaian kata maupun kalimat) dan mengemukakakn terjemahan.
Metode penyampaian kosakata dengan terjemah, merupakan metode yang paling rendah, sedangkan teknik yang paling ideal adalah dengan isyarat ataupun tanda yang dimaksud secara langsung. tentu ada skala prioritas dalam menyampaikan beberapa kosa kata yaitu dimulai dari isim (kata benda) daikarenakan didalam isim tidak banyak perubahan berbeda. kemudian dilanjutkan dengan fiil (kata kerja) karena terdapat kata kerja bentuk pertama, bentuk kedua, bentuk ketiga dan seterusnya. sebagaimana hal ini dikuatkan dalam surat al-baqarah :
وعلم أدم الأسماء كلها
" Dan diajarkan kepada adam nama-nama (benda) Semuanya"
Jazakallahu khoiron Kasyiron....
semoga bermanfaat.....
Nb ; semoga bermanfaat.....
- Menerima jasa ketik bahasa arab.
- Kunjungi juga :
1. Instagram : @para_remaja_bersholawat
2. Facebook : Yunis Hajardinata
3. Channel Youtube : Suara Radio Insfiratip
- Jika ada yg blm jlas dpat ditanyakan melewati kolom komentar. Atau bisa chat kami 081281124505.
No comments:
Post a Comment