Metode Pembelajaran Bahasa Arab
B. Al - Thariqah Al - Mubasysyirah (Metode Langsung)
Secara Historis pembaharuan prngajaran bahasa yang terjadi pada tahun 1850 sampai 1900 khususnya di Eropa berupaya membuat pengajaran bahasa secara efektif dengan satu perubahan yang radikal dari metode terjemah dan tata bahasa. berbagaimacam metode dikembangkan selama priode ini untuk membuktikan rasa ketidak puasan secara umum akan teori dan paktik pengajaran bahasa yang sedang berlaku.
Berkembangnya Al-thariqhah Al-Mubasysyirah bersamanya dengan berkembangnya kajian fonetik (ashwat) pada pertengahan abad ke 20 Masehi. Pembelajaran bahasa arab pada waktu itu menekankan pada kajian-kajian fonetik. Dari fenomena inilah Al-thariqhah Al-Mubasysyirah menaruh perhatian besar dalam bidang fonetik dan berikutnya menitik beratkan kajian nya dengan membiasakan praktik secara lisan (syafahiyah) dan cara mengucapkan kalimat dengan benar dan tepat.
Dinamakan Mubasysyirah karena tidak ada penghalang antara lafadz, makna dan tidak menggunakan tejemah didalam menjelaskannya. Sesungguhnya pembelajaran bahasa asing berdasarkan metode ini tidak jauh berbeda dengan pola pembelajaran bahasa pertama pada peserta didik. Sepatutnya pembelajaran bahasa yang dimaksud adalah pembelajaran fonetik (Suara) dan susunan kalimat secara alamiah dengan artinya dengan menampakkan bentuk kata kerja, baik yang disampaikan oleh para guru, dengan permainan ataupun dengan menunjukkan sesuatu secara langsung dari apa yang dimaksud.
Definisi Al-thariqhah Al-Mubasysyirah adalah peserta didik mempelajari bahasa asing melalui bahasa itu sendiri tanpa menggunakan bantuan bahasa lain. Metode pembelajaran bahasa ini tidak dibenarkan menggunakan terjemah dari bahasa ibu kedalam bahasa yang dijadikan objek pembelajaran. Tujuan dari metode ini adalah meningkatkan kemampuan peserta didik dengan berfikir melalui bahasa itu sendiri tanpa menggunakan bantuan terjemahan makna kalimat.
Al-thariqhah Al-Mubasysyirah telah menjawab beberapa kritikan yang terdapat pada metode sebelumnya yaitu metode qawaid wa al-tarjamah.
Dalam istilah lain metode ini lebih familiar dengan istilah al-thariqah al-jadidah (metode modern), at-thariqah al-tahbi'iah (metode alamiah), al-thariqah al-syafahiah (metode lisan maupun oral), al-thariqah al-nafsiyyah (metode psikologi), thariqah al-ashwat (metode fenotik). Dalam pembelajaran bahasa dikenal dengan metode langsung atau direct method karena selama proses pembelajaran, guru maupun instruktur langsung menggunakan bahasa asing (bahasa arab), sedangkan bahasa peserta didik (bahasa Indonesia) tidak boleh digunakan. Untuk menjelaskan arti suatu kata atau kalimat menggunakan gambar-gambar atau bantuan alat praga. Metode ini dikenalkan oleh pakar pendidikan berkembangsaan Prancis yang bernama Ya'kum Jon diakhir abad ke -19 Masehi.
Tujuan diterapkannya Al-thariqhah Al-Mubasysyirah dengan harapan peserta didik mampu menguasai bahasa kedua (bahasa Arab) sejajar dengan bahasa ibu maupun bahasa yang pertama kali diperoleh dan dipelajari peserta didik, baik berbentuk kata ataupun susunan kalimat yang diucapkan langsung secara spontan, tidak melalui proses berfikir panjang dan bersifat alami. Sehingga metode ini disebut Natural method atau metode alami.
Pada hakikatnya, metode ini sudah diperkenalkan sejak abad 17 Masehi, akan tetapi perkembangannya pada akhir abad 19 Masehi di Prancis, dan terus berkembang dibelahan dunia, sebagai jawaban untuk mempelajari bahasa-bahasa asing sekaligus sebagai kritikan terhadap metode tarjamah dan tatabahasa. Metode ini telah melakukan evaluasi dan inovasi terhadap metode pembelajaran bahasa-bahasa asing seperti dari segi muthawa (conten maupun isi), asalibu al-tadris (teknik maupun strategi menyampaikan materi bahan ajar). metode ini menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi serta aktif dan berkembang. Hal ini bertentangan dengan metode qawaid wal al-tarjamah yang menjadikan bahasa pasik dan materi-materi yang disajikan adalah berupa teks-teks bacaan yang diterjemahkan dari bahasa sasaran (bahasa asing) kedalam bahasa peserta didik. Metode ini menuntut peserta didik dan tenaga pengajar untuk berkomunikasi langsung menggunakan dan aktif dengan menggunakan bahasa aing (bahasa arab) dan mengurangi komunikasi dengan bahasa ibu (al-lughah al-umum) baik itu dalam penyampaian materi bahan ajar maupun dalam menerjemahkan kata dan kalimat.
1. Landasan Al-thariqhah Al-Mubasysyirah
- Metode ini berlandaskan pada falsafah yang mendasar, yaitu tidak adanya perbedaan antara pembelajaran bahasa asing dengan perolehan bahasa pertama atau bahasa ibu,
- Berkonsentrasi pada muhadatsah (percakapan maupun dialog), latihan-latihan suara (ashwat), latihan-latihan mendengar (istima') dan metode ini juga beranggapan bahwa maharah al-kalam merupakan perolehan bahasa pertama setelah maharah al-kitabah,
- Dengan diterapkannya metode ini, menjadikan tenaga pengajar untuk berpikir lebih matang dengan persiapan yang maksimal dalam pembelajaran bahasa arab, baik dalam mahara al-kalam, maharah al-qira'ah dan maharah al-kitabah. Metode ini melarang keras penggunaan bantuan bahasa pengantar berupa bahasa ibu dalam proses kegiatan belajar bahasa,
- Latihan-Latihan bahasa yang disusun dalam metode ini, berupa bentuk kalimat-kalimat dan ta'bir (ungkapan-ungkapan), memiliki makna sempurna dan memiliki fungsi yang diambil dari fenomena bahasa secara alamiah dan realitis, bukan dari hasil tulisan-tulisan yang ditulis oleh para penulis,
- Penyampaian tata bahasa yang disajikan dalam metode ini berbentuk istitanjiyah (kesimpulan/ringkasan), bukanlah berupa penjelasan tata bahasa seperti : nahwu dan sharf yang detail. Sebagaimana tata bahasa yang diajarkan tidak terpisah dari pembelajaran bahasa, tata bahasa yang diberikan ini berbentuk fungsional disesuaikan dengan kebutuhan teks bacaan maupun teks muhadatsah (percakapan),
- Tidak diperkenankan menggunakan terjemahan pagi para instruktur agar terhindar dari pengaruh bahasa ibu.
- Mampu berkomunikasi secara langsung dalam segala situasi dan kondisi,
- Tidak diperbolehkan menggunakan bahasa pengantar dengan bahasa ibu,
- Dilihat dari sudut ilmiah bahwa metode ini merupakan metode yang aktif dan memiliki banyak manfaat dan tentunya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan metode sebelumnya,
- Output dari Al-thariqhah Al-Mubasysyirah menjadikan peserta didik mampu berkomunikasi bahasa arab secara alamiah dan aktifitas keseharian mereka di berbagai objek kehidupan,
- Menjadikan peserta didik mampu menguasai bahasa asing (bahasa Arab) dengan cara mendengarkan secara cermat dan teliti,
- Materi yang disajikan terdiri dari kata-kata, struktur kalimat yang digunakan sehari-hari, cerita ataupun percakapan ringan,
- Materi percakapan maupun materi kebahasaan seperti maharah al-istima', kalam, qiraah dan kitabah disertai dengan media pembelajaran yang disesuaikan,
- Pembelajaran nahw yang disajikan dalam metode ini tidak langsung, sehingga memotivasi peserta didik dapat menyimpulkan kaidah-kaidah nahw dari bahan ajar kebahasaan,
- Tata bahasa maupun gramatika diajarkan dengan melalui lisan, bukan dengan cara menghafalkan tata bahasa,
- Tidak diperkenankan menggunakan terjemahan dalam proses pembelajaran bahasa asaing dari segi unsur kebahasaan dan kemampuan berbahas.
- Latihan-Latihan yang dipilih berbentuk pertanyaan dan jawaban tentunya berhubungan dengan materi bahasa yang diberikan oleh peserta didik,
- Memperhatikan kebudayaan yang terdapat dalam bahasa yang dijadikan objek, dalam hal ini adalah bahasa Arab dalam mempelajarinya secara tidak langsung,
- Menyajikan teks-teks teks-teks bacaan secara umum maupun secara khusus berupa teks bacaaan sastra bagi peserta didik yang tingkatnya sudah matang dengan tujuan memahami isi teks dan sebagai hiburan bagi mereka,
- Mufrodat yang kongkret diajarkan dengan bantuan alat peraga (benda-benda) sedangkan arti yang abstrak melalui asosiasi,
- Aktifitas belajar bisa dilakukan didalam kelas maupun diluar kelas.
Sebagaimana dikuatkan oleh Hanry Guntur Tarigan dalam bukunya Metodologi Pengajaran Bahasa bahwa ciri-ciri umum Al-thariqhah Al-Mubasysyirah :
- Pengajaran kelas secara ekslusif dilaksanakan dengan menggunakan bahasa sasaran, dalam hal ini bahasa Arab,
- Hanya kosa kata-kosa kata dan kalimat-kalimat sehari-hari yang diajarkan,
- Keterampilan berkomunikasi lisan dibangun secara bertahap dan teratur dan pertukaran tanya jawab antara instruktur dan para peserta didik dalam kelas kecil dan internsif,
- Tatabahasa diajarkan secara induktif,
- Butir-Butir pengajaran baru diperkenalkan secara lisan,
- Kosakata yang berbentuk Konkret diajarkan melalui demonstrasi, objek-objek atau gambar-gambar, kosakata abstrak diajarkan dengan asosiasi ide-ide,
- Pemahaman bicara maupun menyimak juga diajarkan,
- Ucapan dan tata bahasa yang tepat sangat diperhatikan.
- Penyajian bahasa tidak boleh menggunakan bahasa yang digunakan peserta didi baik dalam bahasa indonesia ataupun bahasa daerah,
- Peserta didorong untuk berani berkomunikasi dan tidak perlu takut salah,
- Memberikan ruang maupun kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa secara sasaran (bahasa Arab),
- Harus mengikuti langkah-langkah dalam penyampaian materi bahan ajar yang telah disiapkan dan tidak boleh keluar dari langkah-langkah yang telah disusun instruktur ataupun buku pedoman bagi instruktur,
- Tidak diperkenankan berkomunikasi secara cepat, akan tetapi dianjurkan berkomunikasi secara bertahap dan alamiah,
- Tata bahasa disajikan pada tingkat tertentu secara induktif, yaitu dimulai dari contoh-contoh kemudian diambil kesimpulan.
A. Keunggulan,
- Memaksimalkan kondisi yang aktif dalam menyampaikan materi bahasa dengan tujuan agar peserta didik mampu menguasai unsur-unsur kebahasaan yang dicapai yaitu berupa perbendaharaan kosakata maupun tartib lughowi (nahw dan sharf),
- Teks-Teks yang disajikan berupa kemahiran berbahasa seperti maharah al-istima', kalam, qiraah dan kitabah berupa teks percakapan tematik,
- Tidak menggunakan pendekatan terjemah dalam menekankan pembelajaran bahasa,
- Akan banyak dijumpai seni maupun cara pembelajaran yang variatif, sehingga memotivasi peserta didik dalam menguasai beberapa unsur dan keterampilan bahasa,'
- Keunggulan yang dimiliki metode ini adalah dalam mengoperasikan media pembelajaran. Sebagaimana lebih mudah dalam menerima seni pembelajaran modern dalam objek pembelajaran bahasa, seperti percakapan, latihan-latihan kebahasaan berupa pertanyaan dan jawaban, Imla' (latihan menulis tata bahasa yang tepat) dan ringkasan kaidah kebahasaan untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam yeks bahasa,
- Tenaga pengajar dituntut untu kreatif dan inovatif tidak hanya terpaku pada bahasa ajar saja,
- kompetensi guru dalam mengajar maupun kompetensi kebahasaan sangat diperhatikan didalam metode ini.
- Pembahasaan tidak terpisah akan tetapi penyajian ringkas dan bersifat kondisional karena tata bahasa yang diberikan dalam metode ini bersifat fungsional sesuai dengan kebutuhan teks bacaan ataupun perccakapan,
- Peserta didik lemah dalam keterampilan membaca karena materi dan latihan ditekankan pada keterampilan berbicara,
- Tidak dibenarkan menggunakan bahasa pengantar peserta didik dalam pembelajaran bahasa Arab,
- Membutuhkan tenaga pengajar yang benar-benar nathiqina bi al-'arabiah (penutur asli Arab) ataupun yang mahir dalam bahasa arab,
- Hanya dapat diterapkan dalam kelompok kelas kecil,'
- Sangat membutuhkan guru maupun tenaga pengajar yang terampil dan fasih dalam berbahasa arab,
- Metode latihan menirukan dan menghafalkan kalimat-kalimat yang kadang kala tidak realistis karena tidak kontekstual, bisa membosankan bagi orang dewasa.
https://perkataanrasul.blogspot.com/2019/02/metode-pembelajaran-bahasa-arab.html
Jazakallahu khoiron Kasyiron....
semoga bermanfaat.....
- Menerima jasa ketik bahasa arab.
- Kunjungi juga :
1. Instagram : @para_remaja_bersholawat
2. Facebook : Yunis Hajardinata
3. Channel Youtube : Suara Radio Insfiratip
- Jika ada yg blm jlas dpat ditanyakan melewati kolom komentar. Atau bisa chat kami 081281124505.
No comments:
Post a Comment